Senin, 19 November 2018

Campur Baurnya Perempuan Dengan Laki-laki Di Tempat Kerja

- 0 komentar
CAMPUR BAURNYA PEREMPUAN DENGAN LAKI-LAKI DI PABRIK

________________________

Pertanyaan
___________

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya :

" Apa hukum memperlakukan kaum wanita seperti kaum laki-laki di pabrik-pabrik atau kantor-kantor yg tidak Islami ?

Dan apa hukum pemeriksaan wanita yg terancam bahaya karena menderita penyakit berbahaya yg mengharuskannya untuk disendirikan dalam kondisi ini ,
walaupun itu di negara-negara Islam , sementara para dokter semuanya laki-laki ? "

Jawaban
________

Mengenai hukum campur baurnya kaum wanita dengan kaum laki-laki di pabrik-pabrik dan kantor-kantor
yg mana pekerjanya terdiri dari kaum kuffar dan berada di negara-negara kafir
-> maka hal ini tidak boleh

Namun sebenarnya ada yg lebih dari itu
yaitu :
-> kufurnya mereka terhadap Allah Azza wa Jalla
tentu tidak aneh jika terjadi kemungkaran semacam ini pada mereka

Adapun campur baurnya kaum wanita dengan laki-laki di negara-negara Islam . .
yg mana mereka pun sebagai orang-orang Islam
-> maka hal ini haram
dan para pemimpin instansi bersangkutan yg di kantor-kantornya terjadi ikhtilat wajib memisahkan kaum wanita dari kaum laki-laki dengan menempatkan masing-masing kaum di tempat tersendiri

karena . .
-> ikhtiltat ini mengandung perusak moral yg tidak luput dari pengetahuan orang yg dangkal akalnya sekalipun

Adapun menyendirikan seorang wanita muslimah untuk tujuan pengobatan
-> jika untuk pengobatannya menuntut demikian dan tidak ada yg bisa mengobatinya kecuali laki-laki maka hal ini boleh

tapi hendaknya dihadiri oleh . .
-> suaminya
jika memungkinkan atau dengan keberadaan wanita-wanita lainnya

Hendaknya dalam masalah ini seorang wanita tidak disendirikan kecuali
-> karena darurat

misalnya . .
-> karena untuk pemeriksaan tubuhnya

Dasar pembolehannya adalah :
-> prinsip mudahnya syari’at dan peniadaan kesempitan terhadap umat pada saat darurat

sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
“ Allah tidak hendak menyulitkan kamu ”

( QS . Al-Ma’idah : 6 )

Dalam ayat lain disebutkan :
“ Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ”

( QS . Al-Haj : 78 )

( Fatwa Ha’iah Kibaril Ulama , Juz 2 , hal . 613 , Syaikh Ibnu Baz )

( Disalin dari Kitab :
" Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram "
Penyusun : Khalid Al-Juraisi
Edisi Indonesia : Fatwa-Fatwa Terkini
Penerjemah : Musthofa Aini dkk
Penerbit : Darul Haq )

" Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz "
[Continue reading...]

Minggu, 18 November 2018

๐Ÿƒ๐Ÿ”ฐ BERSANDING DENGAN SANG KEKASIH DI SURGA ๐Ÿ”ฐ๐Ÿƒ

- 0 komentar
❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah

๐Ÿ”– *Ringkasan Kajian*

✏ *Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰*

➡1. Kita harus ingat selalu ingat bahwa:

↬a. Kematian adalah sebuah kepastian.
↬b. Dunia ini tak lebih dari sayap nyamuk dan bangkai kambing. Tidak ada apa2 nya jika dibandingkan dg pesona Surga.
↬c. Kita di dunia hanya pengembara dan akan dimintai pertanggung jawaban atas amal kita.
↬d. Kebahagian hakiki adalah ketika seorang menginjakkan kakinya di Surga.

➡2. Bersanding dan bertetangga dekat dg orang hebat adalah sebuah kehormatan. Lantas bagaimana jika bersanding dg Nabi yg mulia?

➡3. Bersanding dg Nabi di dunia saja sudah suatu kemuliaan, lalu bagaimana jika bisa mendampingi dengan beliau di surga.

➡4. Jika masuk surga sj harus disertai usaha berupa amal shalih dan doa, begitu juga dg harapan menjadi dekat dg Nabi di surga.

➡5. Kiat- Kiat Menjadi Pendamping Nabi Di Surga sebagai berikut:

↬1.
Mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam

Disebutkan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, berkata: Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang hari kiamat dan berkata, "Kapankah hari kiamat tiba?", beliau menjawab, "Apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya ?". Ia menjawab, "Tidak ada, melainkan saya mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka Rasulullah bersabda, "Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai."

Anas bin Malik berkata: "Kami tidak pernah merasa gembira seperti kegembiraan kami dengan ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

ุฃَู†ْุชَ ู…َุนَ ู…َู†ْ ุฃَุญْุจَุจْุชَ

“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai (di akhirat kelak).”

Kemudian Anas berkata: “Sungguh saya mencintai NabiShallallahu'alaihi Wasallam, Abu Bakar dan Umar dan berharap agar saya bisa bersama mereka (di akhirat kelak) disebabkan cintaku terhadap mereka, walaupun saya tidak beramal seperti amalan mareka.” (HR. Bukhari)

Tetapi pecinta sejati yang akan mendapatkan kemuliaan ini adalah yang menempuh jalan orang yang dicintainya, mengikuti jejaknya, membenarkan ucapannya, menjalankannya perintahnya, menjauhi larangannya. Bukan hanya sekedar pengakuan semata.

↬2.
Memperbanyak Shalat

Disebutkan dalam Shahih Muslim, Rabi'ah bin Ka'ab Al AslamiRadhiyallahu 'Anhu bercerita bahwa dia pernah bermalam bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Kemudian ia meyiapkan air wudhu dan keperluannya. Beliau lalu bersabda kepadaku, "Mintalah sesuatu kepadaku", saya berkata, "Saya meminta agar saya bisa bersamamu di surga.” Beliau menjawab, "Adakah permintaan selain itu", saya berkata, "hanya itu.” Beliau lalu bersabda, "Maka bantulah aku atas dirimu (untuk memohon kepada Allah agar memenuhi permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (shalat)".” (HR. Muslim)

Maka perhatikanlah sholat wajibmu dan bersemangatlah menambahnya dg sholat2 Sunnah.

↬3.
Berakhlak Mulia

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambersabda:

ุฅِู†َّ ู…ِู†ْ ุฃَุญَุจِّูƒُู…ْ ุฅِู„َูŠَّ ูˆَุฃَู‚ْุฑَุจِูƒُู…ْ ู…ِู†ِّูŠ ู…َุฌْู„ِุณًุง ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุฃَุญَุงุณِู†َูƒُู…ْ ุฃَุฎْู„َุงู‚ًุง

“Sesungguhnya orang yang paling saya cintai dan paling dekat majelisnya denganku di antara kalian hari kiamat kelak (di surga) adalah yang paling baik akhlaknya…". (HR. Al-Tirmidzi dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)

↬4.
Memperbanyak Membaca Shalawat

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ุฃَูˆْู„َู‰ ุงู„ู†َّุงุณِ ุจِูŠ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุฃَูƒْุซَุฑُู‡ُู…ْ ุนَู„َูŠَّ ุตَู„ุงَุฉً

“Manusia yang paling utama (dekat) denganku hari kiamat kelak adalah yang paling banyak bershalawat atasku.” (HR. Al-Tirmidzi, dan disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad)

↬5.
Merawat, Menyantuni & Membantu Anak Yatim

Berbuat baik kepada anak-anak yatim termasuk sebab keberuntungan di akhirat dengan mendapatkan surga tertinggi.

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

ุฃَู†َุง ูˆَูƒَุงูِู„ُ ุงู„ْูŠَุชِูŠู…ِ ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ู‡َูƒَุฐَุง

“Saya dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Ibnu Baththal Rahi

mahullah –disebutkan dalam Fathul Baari- berkata: “Wajib bagi siapa yang mendengar hadits ini untuk mengamalkannya, supaya ia bisa menemani Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di surga, dan tidak ada kedudukan di akhirat yang lebih utama darinya.”

↬6.
Mendidik Anak-anak Wanita Agar Menjadi Mukminah Shalihah

Imam Bukhari meriwayatkan dalam al-Adab al-Mufrad, dari AnasRadhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:

ู…َู†ْ ุนَุงู„َ ุฌَุงุฑِูŠَุชَูŠْู†ِ ุญَุชَّู‰ ุชุฏุฑูƒَุง، ุฏَุฎَู„ْุชُ ุฃَู†َุง ูˆَู‡ُูˆَ ูِูŠ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ูƒَู‡َุงุชَูŠْู†ِ

“Barangsiapa yang memelihara dua putri sampai baligh, aku bersamanya di surga seperti ini (jari telunjuk dan tengah)".

Selamat mengamalkan....

๐Ÿ”ฆ Channel Lentera Da'wah
➖ https://telegram.me/yusufassidawi

✒ Editor : Admin Asy-Syamil.com

♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini , semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.

•═══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•
๐Ÿฏ◎❦ RISALAH SUNNAH ❦◎๐Ÿฏ
๐Ÿ“ฎ https://t.me/RisalahSunnah
๐Ÿ”„ https://t.me/MuliaDenganSunnah
๐ŸŒ Website : http://Asy-Syamil.com
๐Ÿ—ณ bit.ly/Asy-SyamilcomDonasi
๐Ÿ‘ฅ https://bit.ly/JoinGrupKami
[Continue reading...]

*ISLAM ADALAH AGAMA YANG MUDAH*

- 0 komentar
.
✍๐ŸปOleh: *Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas* _hafidzohulloh_
.
Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.
.
ูˆَู…َุง ุฃَุฑْุณَู„ْู†َุงูƒَ ุฅِู„َّุง ุฑَุญْู…َุฉً ู„ِّู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ
.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]
.
Allah menurunkan Al-Qur-an untuk membimbing manusia kepada kemudahan, keselamatan, kebahagiaan dan tidak membuat manusia celaka, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
.
ู…َุง ุฃَู†ุฒَู„ْู†َุง ุนَู„َูŠْูƒَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ู„ِุชَุดْู‚َู‰ٰ ุฅِู„َّุง ุชَุฐْูƒِุฑَุฉً ู„ِّู…َู† ูŠَุฎْุดَู‰ٰ ุชَู†ุฒِูŠู„ًุง ู…ِّู…َّู†ْ ุฎَู„َู‚َ ุงู„ْุฃَุฑْุถَ ูˆَุงู„ุณَّู…َุงูˆَุงุชِ ุงู„ْุนُู„َู‰
.
“Kami tidak menurunkan Al-Qur-an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.” [Thaahaa: 2-4]
.
๐Ÿ”„ Free Repost
๐ŸŽฅ @jamaatun_waahidatun
[Continue reading...]

Menasehati Tanpa Melukai

- 0 komentar
" Adab Memberi Nasehat "

Ketika seseorang hendak memberikan nasehat hendaklah memperhatikan adab-adabnya . .
-> karena adab tersebut sangat menentukan diterima atau tidaknya nasehat

Beberapa adab yg perlu diperhatikan adalah :

1 ) Mengharapkan ridha' Allah Ta’ala

Seorang yg ingin menasehati hendaklah meniatkan nasehatnya semata-semata untuk mendapatkan ridha' Allah Ta’ala
-> Karena hanya dengan maksud inilah dia berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala di samping berhak untuk diterima nasehatnya

Rasulullaah shalallahu alaihi wa salam
bersabda :

ุฅِู†َّู…َุง ุงู„ْุฃَุนْู…َุงู„ُ ุจِุงู„ู†ِّูŠَّุฉِ ูˆَู„ِูƒُู„ِّ ุงู…ْุฑِุฆٍ ู…َุง ู†َูˆَู‰ ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูَู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูˆَู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ู„ุฏُู†ْูŠَุง ูŠُุตِูŠุจُู‡َุง ุฃَูˆِ ุงู…ْุฑَุฃَุฉٍ ูŠَุชَุฒَูˆَّุฌُู‡َุง ูَู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅِู„َู‰ ู…َุง ู‡َุงุฌَุฑَ ุฅِู„َูŠْู‡ِ

“ Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yg diniatkannya.
Barangsiapa yg hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya ( dinilai ) kepada Allah dan Rasul-Nya , dan barangsiapa yg hijrahnya karena dunia yg hendak diraihnya atau karena wanita yg hendak dinikahinya , maka ( hakikat ) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yg menjadi tujuan hijrahnya ”

( HR . Bukhari dan Muslim )

2 ) Tidak dalam rangka mempermalukan orang yg dinasehati

Seseorang yg hendak memberikan nasihat harus berusaha . .
-> untuk tidak mempermalukan orang yg hendak dinasehati

Ini adalah :
-> musibah yg sering terjadi pada kebanyakan orang ,
saat dia memberikan nasihat dengan nada yg kasar.
Cara seperti ini bisa berbuah buruk atau memperparah keadaan.
Dan nasehat pun tak berbuah sebagaimana yg diharapkan

3 ) Menasehati secara rahasia

Nasihat disampaikan dengan terang-terangan ketika hendak menasehati orang banyak seperti
-> ketika menyampaikan ceramah

Namun kadangkala nasehat harus disampaikan secara rahasia . .
-> kepada seseorang yg membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya

Dan umumnya seseorang hanya bisa menerimanya . .
-> saat dia sendirian dan suasana hatinya baik

Itulah saat yg tepat . .
-> untuk menasehati secara rahasia
tidak di depan publik

Sebagus apapun nasehat seseorang . .
-> namun jika disampaikan di tempat yg tidak tepat dan dalam suasana hati yg sedang marah maka nasehat tersebut hanya bagaikan asap yg mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas

Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata:
“ Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang , maka mereka menasehatinya secara rahasia…
Barangsiapa yg menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat

Dan barangsiapa yg menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya ”

( Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam , halaman 77 )

Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh-Zhahiri menuturkan :
“ Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan.
Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yg kamu nasehati , maka berterus teranglah ”

( Al-Akhlaq wa As-Siyar , halaman 44 )

4 ) Menasehati dengan lembut , sopan , dan penuh kasih

Seseorang yg hendak memberikan nasehat haruslah bersikap lembut , sensitif , dan beradab di dalam menyampaikan nasehat.

Sesungguhnya menerima nasehat itu diperumpamakan seperti . .
-> membuka pintu

Pintu tak akan terbuka kecuali . .
-> dibuka dengan kunci yg tepat

Seseorang yg hendak dinasehati adalah :
-> seorang pemilik hati yg sedang terkunci dari suatu perkara . .

jika perkara itu yg diperintahkan Allah . .
-> maka dia tidak melaksanakannya

atau . .

jika perkara itu termasuk larangan Allah . .
-> maka ia melanggarnya

Oleh karena itu . .
harus ditemukan kunci untuk membuka hati yg tertutup
-> Tidak ada kunci yg lebih baik dan lebih tepat kecuali nasehat yg disampaikan dengan lemah lembut . .
diutarakan dengan beradab . .
dan dengan ucapan yg penuh dengan kasih sayang . .

Bagaimana tidak . .

sedangkan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda :

ุฅِู†َّ ุงู„ุฑِّูْู‚َ ู„ุงَ ูŠَูƒُูˆู†ُ ูِู‰ ุดَู‰ْุกٍ ุฅِู„ุงَّ ุฒَุงู†َู‡ُ ูˆَู„ุงَ ูŠُู†ْุฒَุนُ ู…ِู†ْ ุดَู‰ْุกٍ ุฅِู„ุงَّ ุดَุงู†َู‡ُ

“ Setiap sikap kelembutan yg ada pada sesuatu , pasti akan menghiasinya.
Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu , kecuali akan memperburuknya "

( HR . Muslim )

Fir’aun adalah :
-> sosok yg paling kejam dan keras di masa Nabi Musa

namun Allah tetap memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun . .
-> agar menasehatinya dengan lemah lembut

Allah Subhannahu wa ta’ala berfirman :

ูَู‚ُูˆู„ุง ู„َู‡ُ ู‚َูˆْู„ุง ู„َูŠِّู†ًุง

“ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya ( Fir’aun ) dengan kata-kata yg lemah lembut ”

( QS . Ath-Thaha : 44 )

Saudara/ri ku . .
dan lihatlah . .
tatkala nasehat dilontarkan dengan keras dan kasar . .
-> maka akan banyak pintu yg tertutup karenanya

Banyak orang yg diberi nasehat . .
-> justru tertutup dari pintu hidayah

Banyak kerabat dan karib yg hatinya menjauh . . Banyak pahala yg terbuang begitu saja . .
Dan tentu banyak bantuan yg diberikan kepada setan untuk merusak persaudaraan . .

5 ) Tidak memaksakan kehendak

Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah
-> menasehati saudaranya tatkala melakukan keburukan

Namun dia tidak berkewajiban . .
-> untuk memaksanya mengikuti nasehatnya
Sebab itu bukanlah bagiannya

Seorang pemberi nasehat . .
-> hanyalah seseorang yg menunjukkan jalan
bukan seseorang yg memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya

Ibnu Hazm Azh-Zhahiri mengatakan :
“ Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima.
Jika kamu melanggar batas ini , maka kamu adalah seorang yg dzhalim…”

( Al-Akhlaq wa As-Siyar , halaman 44 )

6 ) Mencari waktu yg tepat

Tidak setiap saat orang yg hendak dinasehati itu
-> siap untuk menerima petuah

Adakalanya jiwanya sedang gundah , marah , sedih , atau hal lain yg membuatnya menolak nasehat tersebut.

Ibnu Mas’ud pernah bertutur :
“ Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima , dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak.
Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak ”

( Al-Adab Asy-Syar’iyyah , Ibnu Muflih )

Jika seseorang ternyata tak bisa menasehati dengan baik . .
-> maka dianjurkan untuk diam dan hal itu lebih baik

karena akan lebih . .
-> menjaga dari perkataan-perkataan yg akan memperburuk keadaan dan dia bisa meminta tolong temannya agar menasehati orang yg dimaksudkan

Sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam :

ู…َู†ْ ูƒَุงู†َ ูŠُุคْู…ِู†ُ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุขุฎِุฑِ ูَู„ْูŠَู‚ُู„ْ ุฎَูŠْุฑًุง، ุฃَูˆْ ู„ِูŠَุตْู…ُุชْ

“ Barangsiapa yg beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam… ”

( HR . Bukhari dan Muslim )

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin dalam : " Syarhu Al-Arba’in An-Nawawi "
memberikan beberapa faedah dari cuplikan hadits di atas
yaitu :
-> wajibnya diam kecuali dalam kebaikan dan anjuran untuk menjaga lisan

Jangan pernah putus asa untuk memohon pertolongan Allah . .
-> karena pada hakekatnya Allah-lah Yg Maha Membolak-balikkan hati seseorang

Meski sekeras apapun hati seseorang . .
namun tidak ada yg mustahil . .
-> jika Allah berkehendak untuk melembutkan hatinya dan menunjukkan kepada jalan-Nya

Wallaahu Musta’an . .
“ Jika engkau inginkan kebaikan pada saudaramu

Maka ajaklah ia tuk bergandengan . .

Dan beriringan menuju jalan-Nya . .

Bertuturlah dengan baik . .

Berilah senyuman tatkala ia tak peduli . .

Tunggulah . .

Bersabarlah . .

hingga pintu itu terbuka . .

Jangan kau paksa . .

dan jangan pula kau marahi . .

Sebab nasehat itu akan berubah menjadi pisau yg tajam . .

Yg hanya membuat goresan di hati . .

Dan akan membuat lari . .

Jangan kau paksa . .

dan jangan pula kau marahi . .

Sesungguhnya hidayah itu ada di tangan Sang Rabb . .

Yg Maha Membolak-balikkan hati ”

Referensi :
______

-> “ Menasehati Tanpa Menyakiti “
Abu Muhammad Shu’ailik
Pustaka : Arafah

-> “ Syarhu Al-Arba’in An-Nawawi “
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
pustaka : " Daarul Ittiba’ " dan " Ad-Daaru Al-'Aalamiyyah Lin Nasyr wat Tauzii "

-> “ 99 Kisah Orang Shalih “
Muhammad bin Hamid Abdul Wahab
Pustaka : Darul Haq

" ust . ammi nur baits lc "

[Continue reading...]

Kebanyakan Orang ......

- 0 komentar
Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Lc, MA ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰

Telegram salafyways https://goo.gl/vLphkg
๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
Jika kamu menasehati seseorang untuk meninggalkan maksiat, ia akan mengatakan: “KEBANYAKAN orang melakukan itu… aku tidak sendirian”.

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
Padahal jika kamu mengamati kata-kata “Kebanyakan Manusia” dalam Alqur’an, pasti kamu akan dapati kata-kata setelahnya: “Tidak Tahu”, “Tidak Bersyukur”, “Tidak Beriman.”

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
Jika kamu mengamati kata-kata “Kebanyakan Mereka” dalam Alqur’an, pasti kamu akan dapati kata-kata setelahnya: “Pelaku Kefasikan”, “Tidak Mengerti”, “Berpaling”, “Tidak Memahami”, “Tidak Mendengar.”

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
Maka jadilah kamu golongan minoritas, yang Allah katakan dalam firman-Nya (yang artinya):

“SEDIKIT dari hambaku yang banyak bersyukur” (Surat Saba’: 13).

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
“Tidaklah beriman bersamanya, kecuali SEDIKIT saja” (Surat Hud: 40).

“Sungguh banyak dari orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh, tapi mereka itu SEDIKIT” (Surat Shod: 24)

======

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด
Ibnul Qoyyim, rohimahullah, mengatakan:

“Berjalanlah di atas kebenaran… jangan takut dengan sedikitnya orang yang menjalaninya. Dan jauhilah jalan kebatilan… jangan teperdaya dengan banyaknya orang yang binasa ! ”
Reposted by :  ๐Ÿ‘ฅ Grup wa manhaj salaf  Channel telegram salafyways https://goo.gl/vLphkg
IG: SALAFYWAYS
========๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด========
[Continue reading...]

10 Sahabat Yang Diberi Kabar Dengan Surga

- 0 komentar
Rasulullah ๏ทบ bersabda :

1⃣. Abu Bakar di dalam surga,

2⃣. Umar di dalam surga,

3⃣. Utsman di dalam surga,

4⃣. Ali di dalam surga,

5⃣. Tholhah di dalam surga,

6⃣. Zubair di dalam surga,

7⃣. Abdurrahman bin Auf di dalam surga,

8⃣. Sa'ad bin Abi Waqash di dalam surga,

9⃣. Sa'id bin Zaid di dalam surga,

๐Ÿ”Ÿ. Abu Ubaidah ibnil Jarroh di dalam surga

๐Ÿ“•๐Ÿ“œ (H.R At Tirmidzi dan dishahihkan Al Albani dalam Al Misykah no. 6109 )

___________

๐Ÿ”ฐุงู„ุนุดุฑุฉ ุงู„ู…ุจุดุฑูˆู† ุจุงู„ุฌู†ุฉ ๐Ÿ”ฐ

✍ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ๏ทบ :-
ุฃุจูˆ ุจูƒุฑ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุนู…ุฑ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุนุซู…ุงู† ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุนู„ูŠ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุทู„ุญุฉ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุงู„ุฒุจูŠุฑ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุนูˆู ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุณุนุฏ ุจู† ุฃุจูŠ ูˆู‚ุงุต ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุณุนูŠุฏ ุจู† ุฒูŠุฏ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุฃุจูˆ ุนุจูŠุฏุฉ ุจู† ุงู„ุฌุฑุงุญ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ
ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ ูˆุตุญุญู‡ ุงู„ุฃู„ุจุงู†ูŠ ููŠ ุงู„ู…ุดูƒุงุฉ -ูฆูกู ูฉ
➖➖➖

๐ŸŒŽ WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon

๐Ÿ“ณ Menyajikan artikel dan audio kajian ilimiah

◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻

Lihat Terjemahan
[Continue reading...]

Mengapa Kita Wajib Bermanhaj Salaf

- 0 komentar
Ringkasan
Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa Ilaihi
(Kalau sekiranya perbuatan itu baik tentulah para Sahabat telah mendahului kita mengamalkannya)
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah

Salaf menurut bahasa artinya orang yang mendahului dalam umur, keimanan, dan keutamaan. Adapun menurut istilah syar’iyyah, salaf adalah para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, kemudian orang-orang yang mengikuti manhaj (cara beragama) dan aqidah mereka dalam ilmu, amal dan dakwah dari zaman ke zaman.

Mengapa kita wajib bermanhaj Salaf Ahlus Sunnah wal Jam’ah dalam ilmu, Amal dan Dakwah?
1. Manhaj Salaf, manhaj yang haq.
2. Kesesatan beragama karena kejahilan dan penyimpangan dari manhaj salaf.
3. Telah hilang dari kebanyakan kaum muslimin yaitu manhaj para sahabat dan peningkatan ilmiah.
4. Mereka beragama dengan akal-akal mereka semata yang sempit dan terbatas bukan dengan wahyu.
5. Mereka beragama dengan perasaan.
6. Mereka beragama dengan taqlid buta (taqlidul a’ma)
7. Mereka beragama dengan mengikuti adat, tradisi, budaya, orang banyak, nenek moyang, kaum, suku, toleransi, kebersamaaan dll.
8. Mereka beragama dengan cara ta’ashshub madzhabiyyah (fanatik madzhab, paham atau kelompoknya).
9. Mereka beragama dengan berbagai macam kesyirikan.
10. Mereka beragama dengan berbagai macam bid’ah.
11. Mereka beragama dengan cara memecah belah umat, berfirqah-firqah atau berkelompok-kelompok.
12. Dakwah mereka sangat mengorbankan syariat.
13. Mereka ingin mendakwahkan Syari’at Islam dengan cara yang paling batil.

Arti Sunnah dan Hadits, dan perbedaannya
Sunnah menurut bahasa artinya ath thariqah atau as sirah yang artinya jalan atau perjalanan. Sedangkan menurut istilah:
1. Setiap perkataan, perbuatan dan taqrir (persetujuan) Nabi ๏ทบ. Arti ini sama dengan hadits.
2. Jalan Nabi ๏ทบ dalam mengamalkan dan mendakwahkan Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat, akhlak dsb. Dan praktek atau perbuatan yang terjadi pada zaman beliau ๏ทบ. Demikian juga apa yang telah disepakati oleh para Sahabat dan praktek atau perbuatan yang terjadi pada zaman mereka.
Pengertian kedua ini lawannya bid’ah, suatu keyakinan (i’tiqad) atau perbuatan yang sama sekali tidak ada asal usulnya dari Agama Islam.

Orang yang berdalil dengan Hadits belum tentu mengikuti sunnah disebabkan karena di dalam memahami dan mengamalkan atau menerapkan serta mendakwahkan hadits-hadits tersebut, mereka hanya berpegang dengan tafsiran mereka.

Lafal hadits dan Sunnah
Nama atau lafal “hadits” dan “sunnah” disebutkan di banyak sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Diantaranya,
“Barangsiapa yang hidup diantara kamu sesudahku (sepeninggalku), niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaklah kamu berpegang dengan #sunnahku…” HR Ahmad, ad Darimi, Hakim dll dari ‘Irbadh bin Saariyah.
Jadi, Sunnah itu jalan atau perjalanan.

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada seorang yang mendengar dari kami sebuah #hadits, lalu ia menghafalnya kemudian dia menyampaikannya kepada orang lain.” HR Imam Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Daarimi, Ibnu Hibban dll dari Zaid bin Tsabit.

“Apabila aku menceritakan hadits kepada kamu, maka janganlah sekali-kali kamu memberikan tambahan atas (nama)ku” HR Ahmad dan lainnya.

Sunnah dalam arti sama dengan hadits yaitu perkataan beliau ๏ทบ, perbuatan, taqrir dan lain-lain yang disandarkan kepada beliau ๏ทบ.
Taqrir maknanya persetujuan beliau ๏ทบ atas perkataan atau perbuatan Shahabat. Baik beliau ๏ทบ mengetahui secara langsung atau mendapat khabar. Karena beliau tidak akan diam apabila mengetahui pelanggaran.

Antara Sunnah dan Manhaj
As Sunnah dalam arti ath thariqah atau as sirah dan memiliki arti yang sama dengan hadits.

Dalilnya mengenai dua arti tersebut
“Dan apa-apa yang Rasul berikan kepadamu, maka ambillah/terimalah. Dan apa-apa yang dia (Rasul) larang/cegah kamu dari (mengerjakan)nya, maka berhentilah/tinggalkanlah.” (Al Hasyr: 7)

“Barangsiapa yang taat kepada Rasul, maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah” (An Nisaa’: 8

“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS. Al Fatihah : 6), bagaimana jalan yang lurus itu? Itulah jalan yang telah Allah jelaskan pada ayat berikutnya, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka …” Begitu pula dalam surat lain, “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiqqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. An Nisaa’: 69)

Siapakah Salaf Itu?

Secara bahasa, salaf artinya pendahulu  dan secara istilah yang dimaksud dengan salaf itu adalah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini bukan klaim tanpa bukti, jika kita cermati ayat di atas, yang dimaksud dengan orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah  tidak lain adalah Rasulullah dan para sahabatnya, generasi salaf. Nabi yang paling utama ialah Nabi Muhammad,  imamnya shiddiqin ialah Abu Bakar, imamnya para syuhada’ ialah Hamzah bin ‘Abdil Muthalib, ‘Umar bin Al Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib. Dan orang saleh yang paling saleh adalah seluruh sahabat Nabi. Merekalah salaf kita, yang jalan mereka (baca: manhaj) dalam beragama itulah yang seharusnya kita ikuti, baik dalam akidah, muamalah maupun dakwah.

Manhaj Salaf Adalah Jalan Kebenaran

Allah berfirman, “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” (QS. An Nisaa’: 115)

Ketika ayat ini diturunkan, orang-orang mu’min yang dimaksud adalah para sahabat Nabi. Bahkan Allah telah meridhai mereka dan orang-orang sesudahnya yang mengikuti mereka serta menjanjikan untuk mereka balasan yang besar. “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, Allah telah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100). Demikianlah, Salafiyyah adalah Islam itu sendiri yang murni dari pengaruh-pengaruh peradaban lama dan warisan berbagai kelompok sesat. Islam yang sesuai dengan pemahaman salaf telah banyak dipuji oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

Manhaj Salaf Adalah Manhaj Ahlus Sunnah

Penamaan salaf bukanlah suatu hal yang bid’ah. Bahkan Rasulullah telah menegaskan saat beliau sakit mendekati wafatnya, di mana beliau bersabda kepada putrinya, Fathimah, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, dan sesungguhnya aku adalah sebaik-baik salaf bagimu” (HR. Muslim). Para ulama ahlus sunnah dulu dan sekarang banyak menggunakan istilah salaf dalam ucapan dan kitab-kitab mereka. Seperti contohnya ketika mereka memerangi kebid’ahan, mereka mengatakan, “Dan setiap kebaikan itu dengan mengikuti kaum salaf, sedangkan semua keburukan berasal dari bid’ahnya kaum kholaf  (belakangan)”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam Majmu’ fatawanya bahwa tidak ada aib bagi yang menampakkan madzhab salaf dan bernasab padanya, bahkan wajib menerimanya secara ijma’, karena madzhab salaf itulah kebenaran.

Kembali Kepada Manhaj Salaf, Solusi Problematika Umat

Sungguh, kehinaan dan ketertindasan umat ini akan tercabut dengan kembalinya umat pada agama Islam yang murni, yaitu dengan meniti manhaj salaf. Di tengah maraknya perpecahan umat ini di mana banyak dijumpai cara beragama yang berbeda-beda dan saling bertentangan, maka hanya ada satu jalan yang benar yaitu jalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah yang kemudian disebut dengan kembali kepada pemahaman yang benar, pemahamannya Rasulullah dan tiga generasi awal umat ini, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ tabi’in, serta para pengikut mereka yang setia dari kalangan para imam dan ulama. Tidak ada jalan lain untuk mencari kebenaran dan ishlah (perbaikan) yang hakiki melainkan harus kembali kepada pemahaman salaf. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik, “Tidak akan baik keadaan umat terakhir ini kecuali dengan apa yang menjadi baik dengannya generasi pertama.”

Wallahu a’lam.

***

Penulis: Abu Yazid Nurdin
Artikel www.muslim.or.id
[Continue reading...]

Jumat, 09 November 2018

Makna Salaf secara istilah

- 0 komentar
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf” dan terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi menjadi 4 perkataan :
  1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para Sahabat Nabi saja.
  2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para Sahabat Nabi dan Tabi’in  (orang yang berguru kepada Sahabat).
  3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul Jama’ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
  4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,

«ุฎَูŠْุฑُ ุงู„ู†َّุงุณِ ู‚َุฑْู†ِูŠ، ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ، ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ»

Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

ูˆَู…َู†ْ ูŠُุดَุงู‚ِู‚ِ ุงู„ุฑَّุณُูˆู„َ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِ ู…َุง ุชَุจَูŠَّู†َ ู„َู‡ُ ุงู„ْู‡ُุฏَู‰ ูˆَูŠَุชَّุจِุนْ ุบَูŠْุฑَ ุณَุจِูŠู„ِ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ ู†ُูˆَู„ِّู‡ِ ู…َุง ุชَูˆَู„َّู‰ ูˆَู†ُุตْู„ِู‡ِ ุฌَู‡َู†َّู…َ ูˆَุณَุงุกَุชْ ู…َุตِูŠุฑًุง

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala  berfirman,

ูˆَุงู„ุณَّุงุจِู‚ُูˆู†َ ุงู„ุฃูˆَّู„ُูˆู†َ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُู‡َุงุฌِุฑِูŠู†َ ูˆَุงู„ุฃู†ْุตَุงุฑِ ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุงุชَّุจَุนُูˆู‡ُู…ْ ุจِุฅِุญْุณَุงู†ٍ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุฑَุถُูˆุง ุนَู†ْู‡ُ ูˆَุฃَุนَุฏَّ ู„َู‡ُู…ْ ุฌَู†َّุงุชٍ ุชَุฌْุฑِูŠ ุชَุญْุชَู‡َุง ุงู„ุฃู†ْู‡َุงุฑُ ุฎَุงู„ِุฏِูŠู†َ ูِูŠู‡َุง ุฃَุจَุฏًุง ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูَูˆْุฒُ ุงู„ْุนَุธِูŠู…ُ

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah

1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,

ุฎَูŠْุฑُ ุฃُู…َّุชِูŠ ู‚َุฑْู†ِูŠ، ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ، ุซُู…َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَู„ُูˆู†َู‡ُู…ْ، ุซُู…َّ ุฅِู†َّ ุจَุนْุฏَูƒُู…ْ ู‚َูˆْู…ًุง ูŠَุดْู‡َุฏُูˆู†َ ูˆَู„ุงَ ูŠُุณْุชَุดْู‡َุฏُูˆู†َ ، ูˆَูŠَุฎُูˆู†ُูˆู†َ ูˆَู„ุงَ ูŠُุคْุชَู…َู†ُูˆู†َ، ูˆَูŠَู†ْุฐُุฑُูˆู†َ ูˆَู„ุงَ ูŠَูُูˆู†َ، ูˆَูŠَุธْู‡َุฑُ ูِูŠู‡ِู…ُ ุงู„ุณِّู…َู†ُ

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”  (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))

2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ุฃู„ุง ุฅู† ู…ู† ู‚ุจู„ูƒู… ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ูƒุชุงุจ ุงูุชุฑู‚ูˆุง ุนู„ู‰ ุซู†ุชูŠู† ูˆุณุจุนูŠู† ู…ู„ุฉ، ูˆุฅู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู…ู„ุฉ ุณุชูุชุฑู‚ ุนู„ู‰ ุซู„ุงุซ ูˆุณุจุนูŠู†، ุซู†ุชุงู† ูˆุณุจุนูˆู† ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ، ูˆูˆุงุญุฏุฉ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ، ูˆู‡ูŠ ุงู„ุฌู…ุงุนุฉ

Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”

[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah  (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]

Dalam riwayat lain disebutkan:

ู…ุง ุฃู†ุง ุนู„ูŠู‡ ูˆุฃุตุญุงุจูŠ



Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).

3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

ูَุฅِู†َّู‡ُ ู…َู†ْ ูŠَุนِุดْ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ูَุณَูŠَุฑَู‰ ุงุฎْุชِู„َุงูًุง ูƒَุซِูŠุฑًุง، ูَุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ุจِุณُู†َّุชِูŠ ูˆَุณُู†َّุฉِ ุงู„ْุฎُู„َูَุงุกِ ุงู„ุฑَّุงุดِุฏِูŠู†َ ุงู„ْู…َู‡ْุฏِูŠِّูŠู†َ ุนُุถُّูˆุง ุนَู„َูŠْู‡َุง ุจِุงู„ู†َّูˆَุงุฌِุฐِ، ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ูˆَู…ُุญْุฏَุซَุงุชِ ุงู„ْุฃُู…ُูˆุฑِ ูَุฅِู†َّ ูƒُู„َّ ุจِุฏْุนَุฉٍ ุถَู„َุงู„َุฉٌ»

Artinya:

“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.


Artikel : muslim.or.id
[Continue reading...]
 

Diunggulkan

Mengapa Kita Wajib Bermanhaj Salaf

Ringkasan Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa Ilaihi (Kalau sekiranya perbuatan itu baik tentulah para Sahabat telah mendahului kita mengamal...

Recent Posts

Subscribe

Dapatkan Update Artikel via Media Sosial atau E-Mail
Mendaftar untuk Update Terkini

Copyright © . Penuntut ilmu syar'i - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger